Cerita Tidur

  Perjalanan malam lepas dari Banyuwangi yang semula dari Bali awalnya berjalan lancar tak ada kendala apapun yang berarti. Para penumpang yang terdiri dari Siswa klas 8 sebuah SMP masih bersenda gurau bahkan bernyanyi nyanyi.  Namun di penghujung malam itu, satu persatu siswa memejamkan mata dan tertidurlah dengan mimpi indahnya masing masing. Semula seisi penumpang pada nyenyak tidur, namun tiba-tiba seisi bus dibangunkan oleh deritan rem bus yang secara tiba-tiba, karena terpetosok di sebuah kalen.  Badan bus pun masuk ke di antara pepohonan di hutan jati entah di daerah mana. Karena benturannya yang teramat keras, maka terkejutlah seluruh isi bus itu. Ada beberapa yang sampai meloncat dari tempat duduknya dan terjatuh dan banyak yang tetluka.  Dalam kecelakaan tunggal ini, meskipun menjadikan senam jantung seisi bus namun semuanya dalam keadaan selamat dan bus pun bisa dikendalikan lagi sesuai jalur jalan yang seharusnya dilalui. Lalu dengan pelan dan pasti bus p...

  Gelap gulita tiada satu pun benda di angkasa memancarkan sinarnya karena mendung menggelantung pertanda akan turun hujan. Hal itupun tak akan menyurutkan Gazi ( nama samaran ) seorang mahasiswa penetima beasiswa Pemda dari luar jawa untuk melaksanakan kesenangannya keluar rumah.  Dingin menyergap tak akan dihiraukan yang penting bisa keluar. Sementara di sana sini sudah sepi tiada aktivitas lagi. Hanya sesekali suara jangkrik dan entah binantang apa yang bernyanyi riang sahut sahutan menyambut penghujung malam. Tak terasa Gazi sampai di depan kos putri Dinasti. Ia terpaksa harus menghentikan laju motornya, karena samar-samar terdengar suara tangis seorang wanita yang berasal dari pojokan kos putri Dinasti tersebut. Namun setelah berhenti, suara tangis tersebut malah hilang ditelan malam. Karena penasaran, Gazi berputar arah lagi mengelilingi kos putri tersebut.  Memang samar-samar terdengar, meski setelah berhenti tangis pun juga berhenti. Sampai Gazi minta tahu kepada ...

  Rumah loji di persimpangan jalan bersebelahan dengan kali sebagai irigasi di persawahan sebuah desa di kaki Gunung Merapi tersebut kosong tidak berpenghuni, gara-gara putri gadis dari penghuni rumah itu mati karena bunuh diri. Sejak saat itu maka rumah loji itu kini jadi wingit.  Malam itu kala pulang dari bepergian, penulis menggunakan kereta jarak jauh dan disambung bawa sepeda motor yang dititipkan di stasiun, maka tak bisa dipungkiri harus lewat jalanan di depan rumah loji itu. Karena memang rumah itu berada di lokasi pojok desa tempat kami tinggal.  Tak ada suara apapun malam itu, hanya suara kodok ijo yang riang bernyanyi di berbagai suwakan yang menggenang di sana-sini karena seharian air mengguyur dari atas persada tanpa bethenti dan sekarangpun masih menetes satu persatu.  Tak terasa sampailah di depan rumah loji tersebut yang mati tiada lampu penerangan satu pun. Hanya remang remang terpancar lampu bersinar dari peneeangan jalan yang tidak mampu menembus ...

  Akhirnya Ningrum dan Putri berbincang santai dengan topik obrolan yang beragam, sampai akhirnya Ningrum terlelap dan panggilan telepon mereka pun terputus. Tiba-tiba Ningrum terbangun dengan keadaan terkejut, lalu ia membuka ponselnya untuk melihat jam yang tertera di layar, ternyata jam menunjukkan pukul 03.45 dini hari.  Entah mengapa ketika ia terbangun suasana kamarnya kembali menakutkan. Bahkan semakin mencekam. “Sssttt” terdengar suara bisikan dari telinga kiri Ningrum, butiran keringat tanpa sadar terjatuh dari wajah.  Ningrum melihat   bayangan hitam   besar yang bergerak dengan cepat dari arah pintu kamar kosnya menuju pintu kamar mandi. Berbisik di dalam hati Ningrum berkata ‘Bayangan apa tadi yang lewat secepat itu? Atau mungkin hanya perasaanku saja’.  Ningrum mengabaikan apa yang ia lihat sebelumnya, ia berusaha untuk memalingkan fokusnya dengan kegiatan lain. Sayangnya usaha yang ia lakukan untuk mengalihkan hal tersebut ternyata sia-sia, ia...